OJK Dukung Konsolidasi Pembuatan Bank Syariah Sejajar dengan BSI

Blinkiss.id, Jakarta

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dukung konsolidasi untuk melahirkan 2 hingga 3 bank umum syariah (BUS) berukuran besar secara aset, guna mendorong daya saing industri perbankan syariah yang sehat.

Diketahui, anak usaha BUMN PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI saat ini masih menguasai industri perbankan syariah dengan jumlah aset sebesar Rp360,85 triliun, per semester I-2024.

Sebelumnya, unit usaha syariah (UUS) bank BUMN PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN), yakni BTN Syariah hampir menjadi pesaing langsung BSI. Seperti diketahui, BTN hendak spin off menjadi bank umum syariah (BUS) dan hampir mencaplok PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) sebagai “cangkang” namun memutuskan untuk tidak melanjutkannya.

Hal ini di kemukakan Kepala Departemen Perbankan Syariah OJK, Deden Firman melalui siaran persnya, Minggu (25/8/2024) dengan mengakui bahwa proses konsolidasi yang digaungkan pihaknya tidak mudah.

Deden mengisyaratkan pihaknya tidak ingin memaksa bank syariah untuk melebur. “Dalam hal ini, apabila kemudian bank konsolidasi, maka kami fasilitasi, support tetap perlu juga,” ucap Deden di Forwada Discussoin Series 2024: Peluang dan Tantangan Konsolidasi Industri Perbankan Syariah.

Ia mengingatkan bahwa konsolidasi antara entitas bersifat business to business (b2b), tentunya ini perlu mempertimbangkan bentuk bisnis akan seperti apa nantinya.

“Sehingga pada akhirnya tadi, maka akan kembali kepada entitas bank itu atau memilih partner yang mana, karena tentu sinergi itu yang kemudian diharapkan,” tambah Deden.

Aset Bank Muamalat tercatat sebesar Rp64,9 triliun pada kuartal I-2024. Sementara itu, aset BTN Syariah pada periode yang sama sebesar Rp54,84 triliun. Jika BTN Syariah merger dengan bank syariah tertua di RI itu, maka aset berpotensi setidaknya sebesar Rp119,74 triliun.

Namun, belakangan santer BTN Syariah beralih ke opsi mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVS), yang asetnya tercatat jauh lebih kecil dibanding BMI. Berdasarkan laporan bulanan Mei 2024, aset BVS itu mencapai Rp3,12 triliun, naik 36,72% secara tahunan atau year on year (yoy).

Dengan demikian, bila BTN Syariah gabung dengan BVS, asetnya diasumsikan hanya akan mencapai setidaknya Rp57,96 triliun atau tidak jauh berbeda dengan beberapa bank syariah lain. 

Terkait hal itu, Deden menanggapi sekaligus membeberkan terkait perkembangan BSI yang baru berumur 3 tahun itu. Adapun, pada saat di-merger dari Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah pada tahun 2021, asetnya mencapai sekitar Rp240 triliun. Kini, sudah bertumbuh sekitar Rp120 triliun.

“Berarti ada pertumbuhan organik yang bisa dari merger itu dihasilkan sinergi,” imbuh Deden.

Lanjutnya menyampaikan, dalam Peraturan OJK (POJK), otoritas dapat meminta bank untuk konsolidasi, jika UUS-ya tidak mampu berkembang dan induknya tidak mampu menumbuhkannya.

“Karena, bagaimanapun, UUS itu harus satu entitas kemudian pada saat spin off, hasilnya satu bank baru yang merupakan anak usaha dari induknya. Sehingga dia masih terkait dari induknya pada saat spin off. Itu ada ketentuan bahwa bank hasil spin off minimal modalnya itu Rp1 triliun,” terang Deden.

Dijelaskan dia, minimum modal itu karena BUS hasil spin off itu masih dianggap sebagai anggota kelompok usaha bank (KUB). Sementara itu mendirikan bank baru, perlu menyiapkan modal inti minimum Rp3 triliun, sesuai POJK yang berlaku tahun 2022.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat menilai aksi korporasi yang batal di tengah jalan itu lumrah. Terlebih, ketika pihak yang rencana merasa tidak cocok dengan pihak lainnya.

“Intinya merger jangan sampai menghasilkan nilai yang lebih rendah dari pada sebelum merger,” tukas Emir.

Menurutnya, mencari cangkang yang tepat adalah urusan masing-masing induk UUS yang hendak melepaskan unitnya.

“Mereka lebih paham partner mana yang baik buat mereka yang juga bisa mendukung total bisnis mereka dan tentu nggak lebih dari jauh core-nya. Kan kalau beda jauh banget, penyesuian lagi akan susah. Atau paling murah bisa saling melengkapi,” sebutnya. (JB Rumapea)