20 September 2024

Blinkiss ID

Berita dan Video Kilat Terkini

BMKG Mendorong Pemahaman dan Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Tsunami

2 min read

Blinkiss.id, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat tentang pentingnya pemahaman waktu kedatangan tsunami setelah gempa bumi. Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, waktu kedatangan tsunami sangat bervariasi di setiap wilayah dan bersifat sangat lokal. Hal ini diperlihatkan oleh peristiwa tsunami Aceh pada 2004, tsunami Palu pada 2018, serta tsunami Selat Sunda pada 2018.

Dalam acara Aceh International Workshop and Expo on Sustainable Tsunami Disaster Recovery, Dwikorita merinci bahwa tsunami Palu di Sulawesi Tengah hanya membutuhkan waktu dua menit setelah gempa sebelum menyapu pantai barat Pulau Sulawesi. Namun, di tempat lain, tsunami bisa memakan waktu hingga 30 menit atau bahkan lebih setelah gempa pertama terjadi. Oleh karena itu, BMKG mendorong masyarakat untuk memanfaatkan waktu berharga tersebut, yang disebut sebagai “golden time”, sebaik mungkin guna menyelamatkan diri.

“Kami mendorong kepada masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir untuk segera berlari ke tempat aman pada elevasi yang lebih tinggi, begitu merasakan goyangan gempa, tanpa harus menunggu peringatan dini,” kata Dwikorita.

Untuk mengisi kesenjangan pengetahuan masyarakat tentang gempa bumi dan tsunami, BMKG bekerja sama dengan pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui program Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) serta Tsunami Ready Community. Melalui SLG, BMKG memberikan informasi mengenai potensi bahaya gempa bumi dan tsunami di daerah tersebut dan membantu pemerintah daerah dengan memberikan Peta Bahaya Tsunami di setiap lokasi pelaksanaan.

Sementara itu, melalui Tsunami Ready Community, masyarakat dipersiapkan agar senantiasa siap siaga dan tidak canggung dalam menghadapi ancaman gempa bumi maupun tsunami. Program ini berbasis pada 12 indikator dari Komisi Oseanografi Antarpemerintah (UNESCO-IOC).

“Kami sadar tidak bisa bekerja sendiri, maka dari itu kami terus menjalin kerja sama dan mendorong kolaborasi pentahelix antara pemerintah, akademisi, swasta, masyarakat, dan media untuk mewujudkan zero victim,” tutur Dwikorita.

Pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi potensi bencana gempa bumi dan tsunami. Dengan pendekatan edukasi, BMKG berharap masyarakat dapat lebih siap dan terampil dalam menghadapi situasi darurat yang mungkin terjadi. Dengan demikian, kerugian akibat bencana dapat diminimalisir dan keselamatan masyarakat tetap terjaga.

Facebook Comments Box
Translate »