23 Februari 2025

Blinkiss ID

Berita dan Video Kilat Terkini

Bank Indonesia Perkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional

3 min read

Blinkiss.id, Jakarta

Kinerja ekonomi serta keuangan syariah (eksyar) Indonesia akan terus menunjukkan tren positif sepanjang 2024 sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Sektor unggulan halal value chain (HVC) terus tumbuh dan menopang lebih dari 25% ekonomi nasional, didorong oleh kinerja sektor Makanan-Minuman Halal dan Fesyen Muslim, Pariwisata Ramah Muslim, dan Pertanian. Capaian intermediasi perbankan syariah juga terus mencatat pertumbuhan positif dan menunjukkan ketahanan industri keuangan syariah tercermin dari pembiayaan perbankan syariah yang mencatatkan pertumbuhan 9,87% (yoy) pada Desember 2024 dan kinerja keuangan sosial syariah pada 2024 tumbuh 4,7% (yoy).

Di samping itu, Indeks Literasi Eksyar 2024 berdasarkan survei yang dilakukan BI juga meningkat menjadi 42,84% jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 28,01%. Demikian intisari Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2024 yang diluncurkan pada hari ini (21/2) di Bank Indonesia (BI), Jumat (21/2/2025).

Peluncuran KEKSI dirangkaikan dengan kick off Bulan Pembiayaan Syariah dan seminar nasional Sharia Economic and Financial Outlook (ShEFO) 2025 dengan tema “Sinergi Ekonomi dan Keuangan Syariah Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional”.

Hal tersebut disampaikan Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti seraya menambahkan bahwa BI berkomitmen mendukung pengembangan eksyar melalui bauran kebijakan BI. Pada 2025, kebijakan eksyar akan ditempuh sejalan dengan dukungan BI pada Asta Cita.

Pertama, penguatan operasi moneter syariah diantaranya dari sisi instrumen, pelaku pasar, dan regulasi untuk memengaruhi kecukupan likuiditas di pasar uang dan pasar valas syariah (PUVA), selaras dengan penerbitan Blueprint Pengembangan Pasar Uang dan Pasar Valas (BPPU) 2030 yang juga mencakup pengembangan pasar uang syariah. Kedua, BI menjaga kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) bank umum syariah untuk mendorong peningkatan likuiditas perbankan syariah, masing-masing sebesar 7,5% dan 3,5%, lebih longgar dibandingkan kewajiban pada bank umum konvensional sebesar 9% dan 5%.

Selain itu, perbankan syariah juga turut memeroleh manfaat dari instrumen Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Destry menambahkan bahwa ke depan, selaras dengan upaya mendukung Asta Cita, berbagai program penguatan ekosistem HVC melalui program pendampingan, pemberdayaan, maupun peningkatan literasi produk halal diharapkan mampu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, serta mengembangkan industri kreatif.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menyampaikan capaian positif eksyar Indonesia perlu terus dilanjutkan di tengah berbagai tantangan dan ketidakpastian yang akan dihadapi di 2025. Ekonomi nasional yang diprakirakan tetap tumbuh serta implementasi beberapa program prioritas nasional seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan pembangunan tiga juta perumahan dapat menjadi peluang bagi lembaga jasa keuangan syariah untuk berkontribusi lebih besar mendukung perekonomian domestik.

Untuk mengakselerasi pertumbuhan industri perbankan syariah nasional, pada 2025 OJK mengarahkan kebijakan pada 5 aspek peningkatan kapasitas sekaligus keunikan model bisnis perbankan syariah. Pertama, konsolidasi bank syariah dan penguatan UUS yang dilakukan dengan mendukung proses spin-off agar menghasilkan bank umum syariah dengan kapasitas besar, sehingga mendukung perbaikan struktur industri perbankan syariah.

Kedua, finalisasi pembentukan Komite Pengembangan Keuangan Syariah (KPKS) untuk memperkuat tata kelola syariah dan mengakselerasi persen. Oleh karena itu, SEPMT 2025 menjadi langkah strategis untuk meningkatkan pemahaman/kesadaran serta melibatkan masyarakat agar menggunakan produk jasa keuangan, termasuk investasi yang legal juga berkelanjutan.

SEPMT 2025 di Sumatera Barat dilaksanakan selama tiga hari (19-21 Februari 2025) dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:

1. Training of Trainers Pasar Modal Syariah bagi akademisi dan tenaga pengajar;

2. Sosialisasi Pasar Modal sebagai Alternatif Pendanaan Perusahaan untuk mendorong pemanfaatan pasar modal bagi UKM dan perusahaan daerah;

3. Sosialisasi Produk dan Akses Keuangan Pasar Modal bersama pemerintah daerah;

4. Kuliah Umum Universitas Andalas bertema “Enhancing Gen Z’s Knowledge of Capital Market” untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap investasi pasar modal; dan

5. Sosialisasi berbagai Peraturan OJK (POJK) terkait Pasar Modal, Derivatif Keuangan, dan Obligasi Daerah.

Melalui SEPMT 2025, OJK menargetkan peningkatan jumlah investor dan calon emiten potensial dari Sumatera Barat, serta mendorong pemanfaatan pasar modal sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan daerah dan sektor usaha lokal.

SEPMT 2025 merupakan program inisiatif OJK yang bersinergi dengan Self-Regulatory Organization (SRO) termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI), Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), serta Pemerintah Daerah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.

Dengan adanya SEPMT 2025, OJK berharap dapat memperkuat ekosistem pasar modal yang inklusif dan berdaya saing, sekaligus memberikan perlindungan kepada masyarakat dari investasi ilegal”. (JBR/15)

Facebook Comments Box
Translate »