Juni 2025, Sumut Inflasi Sentuh 1,25 Persen

Blinkiss.id, Medan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) bahwa inflasi tahunan (y-on-y) pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,25 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,08.
Secara bulanan (m-to-m), Sumut mengalami deflasi 0,19 persen, sementara secara kumulatif sejak awal tahun (year-to-date/y-to-d), inflasi tercatat sebesar 0,77 persen.
Hal itu disampaikan Kepala BPS Sumut, Asim Saputra, seraya menyampaikan bahwa inflasi y-on-y tertinggi terjadi di Kota Pematang Siantar sebesar 3,15 persen dengan IHK 110,32, dan terendah tercatat di Kabupaten Karo sebesar 0,48 persen dengan IHK 108,02.
Komoditas yang menjadi penekan inflasi bulanan sebagian besar berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami penurunan harga sebesar 0,80 persen dan memberi andil deflasi sebesar 0,28 persen.
Komoditas tomat menjadi penyumbang deflasi tertinggi dengan andil 0,06 persen, setelah harganya turun hingga 12,83 persen (year-to-date). Penurunan harga tomat tertinggi terjadi di Deli Serdang (-13,82%), Pematang Siantar (-13,17%), dan Medan (-10,13%), Rabu (2/7/2025)
Selain tomat, komoditas lain yang turut mendorong deflasi antara lain cabai merah, bawang putih, bawang merah, daging ayam ras, udang basah, cabai rawit, jeruk, cabai hijau, dan bensin.
Sedangkan, beras menjadi komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada Juni 2025 dengan andil 0,10 persen (m-to-m). Sejak awal tahun, harga beras tercatat naik sebesar 3,79 persen, dengan kenaikan tertinggi di Deli Serdang sebesar 0,12 persen.
Selain beras, inflasi bulanan juga dipicu oleh angkutan udara (0,04%), emas perhiasan (0,03%), ikan kembung (0,02%), dan kontrak rumah (0,02%).
Untuk inflasi tahunan, emas perhiasan mendominasi dengan andil 0,45 persen, diikuti ikan dencis (0,21%), minyak goreng dan beras (masing-masing 0,16%), serta sigaret kretek mesin (0,15%).
Sementara dari sisi kelompok pengeluaran, perawatan pribadi dan jasa lainnya tercatat sebagai penyumbang inflasi y-on-y terbesar dengan andil 0,60 persen.
Melihat kondisi ini, Asim menilai pentingnya dukungan kebijakan dari pemerintah daerah dalam menjaga kestabilan harga, khususnya saat panen raya.
Ia menegaskan, produksi pertanian yang melimpah harus diimbangi dengan distribusi yang lancar dan pembukaan pasar baru agar harga tetap terjaga dan petani tidak merugi.
“Panen kita bagus, pupuk dan bibit tersedia. Tapi harga saat panen harus dijaga agar petani tetap untung,” imbuhnya.
Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan pusat untuk memperluas akses pasar, termasuk ke wilayah seperti Riau dan Aceh, seiring membaiknya konektivitas transportasi antarprovinsi. (JBR/15)