20 September 2024

Blinkiss ID

Berita dan Video Kilat Terkini

BI Tetapkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

2 min read

Blinkiss.id, Jakarta

Di saat melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar AS, namun Bank Indonesia (BI) justru menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate jadi 6,25℅, dari semula 6℅

“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 April 2024 dengan memutuskan untuk menaikkan BI Rate 25 basis poin menjadi sebesar 6,25 persen,” papar Gubernur BI Perry Warjiyo pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) lewat online, Kamis (25/4/2024), Jakarta

Sehingga sambungnya, suku bunga Deposit Facility naik menjadi sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility naik 7,00%.

Perry mengatakan, bahwa keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan membuturuknya risiko global serta langkah pre-emptive dan forward looking. Tentunya ini untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025

“Kebijakan makroprudensial serta sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.”

Sementara dari kalangan dunia usaha, berharap adanya pelonggaran suku bunga acuan dalam mendukung momentum pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil.

Dari hasil survei, dengan menggarisbawahi bagaimana batasan untuk penurunan suku bunga semakin tinggi di pada negara berkembang di Asia karena penguatan dollar AS dan guna menghindari risiko mendatangkan ‘malapetaka’ pada mata uang-mata uang di kawasan tersebut.

Tekanan ini bahkan lebih besar bagi BI, namun sebagai mandat utamanya adalah memastikan stabilitas mata uang rupiah dan sangat sensitif terhadap perubahan sentimen investor asing.

Lanjut Perry, menekankan adanya dinamika ekonomi keuangan global saat ini berubah cepat karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Disampaikan dia, risiko dan ketidakpastian yang kini meningkat ditentukan oleh arah kebijakan moneter Amerika Serikat dan geopolitik di Timur Tengah.

“Dinamika ekonomi keuangan global berubah cepat dengan risiko dan ketidakpastian yang meningkat,” pungkasnya.

Ketidakpastian tersebut mengakibatkan investor global memindahkan portofolio ke aset yang lebih aman. Khususnya mata uang dolar Amerika Serikat dan emas.

Dengan demikian, pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di berbagai negara termasuk di negara berkembang semakin besar.

Dia menambahkan, besarnya kebutuhan utang Amerika Serikat mengakibatkan terus meningkatnya yield US Treasury dan penguatan dolar Amerika Serikat yang semakin tinggi secara luas dan global.

“Semakin kuatnya dolar Amerika Serikat juga didorong oleh melemahnya sejumlah mata uang dunia seperti Yen Jepang, Yuan China dan berbagai mata uang dunia,” papar Perry.

Bank Indonesia terus mencermati kondisi saat ini karena dapat mendorong berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, meningkatnya ketahanan inflasi, dan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia. (JB Rumapea)

Facebook Comments Box
Translate »