20 September 2024

Blinkiss ID

Berita dan Video Kilat Terkini

Tingginya Angka Perceraian di Tahun 2022: Apa Sebabnya?

2 min read

Blinkiss.id Angka perceraian di Indonesia pada tahun 2022 mencapai level tertinggi dalam enam tahun terakhir, menurut laporan Biro Pusat Statistik Indonesia 2023. Sebanyak 516.334 kasus perceraian dilaporkan, dengan pasangan muda dari generasi milenial, terutama yang berusia antara 30 hingga 40 tahun, mendominasi statistik ini. Perkara menarik lainnya adalah peningkatan jumlah gugatan cerai yang diajukan oleh pihak isteri, sementara anak tidak lagi dianggap sebagai faktor yang memberatkan untuk mengakhiri pernikahan.

Tren perceraian yang meningkat ini disebabkan oleh beberapa faktor kompleks. Pertama, banyak pasangan menetapkan harapan yang terlalu tinggi pada pasangan mereka di awal pernikahan, dan ketika ekspektasi tersebut tidak terpenuhi, konflik muncul. Selain itu, meningkatnya individualisme dalam masyarakat juga mempengaruhi hubungan suami istri, dengan masing-masing individu cenderung mengejar kebahagiaan dan pemenuhan keinginan pribadi tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasangan.

Mobilitas sosial dan karier juga berkontribusi pada peningkatan angka perceraian. Terutama pada istri yang bekerja penuh waktu, tekanan dalam membagi waktu antara karier dan keluarga dapat menciptakan ketegangan. Ditambah lagi, masyarakat kini lebih menerima perceraian sebagai pilihan hidup yang sah, sehingga pasangan yang merasa tidak lagi memiliki perasaan cinta satu sama lain merasa lebih nyaman untuk mengakhiri pernikahan mereka.

Psikolog klinis Dharmayati Utoyo Lubis MA, Ph.D., menjelaskan fenomena ini dalam sebuah webinar berjudul “Mengapa Rasa Itu Hilang” pada Jumat (06/10/2023). “Alasan perceraian lebih sering karena kehilangan rasa cinta, ketidakbahagiaan, dan merasa bahwa hidup mereka tidak berkualitas,” kata Dharmayati.

Banyak pasangan memulai pernikahannya dengan perasaan cinta yang sama seperti saat mereka berpacaran. Namun, sedikit yang menyadari bahwa romantisme ini bisa memudar seiring berjalannya waktu dan tantangan hidup bersama. “Kebanyakan pasangan sering kehilangan rasa cinta dalam lima tahun pertama pernikahan,” tambah Dharmayati dalam webinar yang diselenggarakan oleh Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia (YPUI).

Penting bagi pasangan untuk memahami bahwa hubungan memerlukan komitmen, pengertian, dan kerja keras dari kedua belah pihak. Komunikasi terbuka dan saling mendukung dalam menghadapi masalah dapat membantu mengatasi konflik dan memperkuat ikatan emosional di antara pasangan. Dengan pemahaman dan kesadaran bersama tentang tantangan yang mungkin muncul dalam pernikahan, pasangan dapat membangun hubungan yang kokoh dan langgeng.

Facebook Comments Box
Translate »