Dukung Kemajuan Eksyar dengan Penguatan StrategiPendalaman Keuangan Syariah
3 min readBlinkiss.id, Jakarta
Pengembangan pasar keuangan syariah saat ini perlu menjawab tantangan risiko ketidakpastian global, pesatnya arus digitalisasi, dan risiko transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
Untuk itu, dalam upaya strategi pendalaman pasar keuangan syariah perlu diperkuat sebagai aspek pertumbuhan inovasi produk maupun manajemen likuiditasnya. Hal ini guna memastikan strategi yang dapat berjalan optimal, diperlukan perumusan kerangka kebijakan berstandar global yang menerapkan prinsip kehati-hatian mengelola instrumen keuangan syariah.
Demikian mengemuka pada Joint High Level Seminar and Investor Forum, kolaborasi Bank Indonesia dengan Islamic International Liquidity Management (IILM) dan Islamic Financial Services Board (IFSB), yang bertemakan Future Development of Product Innovation and Liquidity Management in the Islamic Financial Services Industry yang diselenggarakan.
Forum ini dirangkaikan dengan talkshow yang mengeksplorasi berbagai terobosan ke depan untuk mendorong kemajuan dan ketahanan pasar keuangan syariah, Kamis (31/10/2024)
Membuka forum tersebut, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo seraya menekankan terdapat 5 faktor utama membangun kemajuan pasar keuangan syariah. Pertama, mengembangkan inovasi produk keuangan syariah yang tidak hanya berbasis pada 3 instrumen utama yaitu sukuk, takaful, dan wakaf. Indonesia sebagai salah satu penerbit sukuk terbesar juga sudah menginiasi penerbitan Green Sukuk, yang akan mengoptimalkan manfaatnya bagi perekonomian dan keuangan hijau. Kedua, akselerasi pengembangan pasar keuangan syariah melalui digitalisasi ekonomi dan keuangan syariah.
Ketiga, integrasi jasa sistem keuangan wholesale dan ritel sehingga memperkuat interkoneksi seluruh lembaga keuangan syariah termasuk asuransi maupun lembaga sosial finance. Keempat, dukungan kerangka kebijakan yang turut mengedepankan manajemen risiko dalam memitigasi risiko siber, operasional, dan anti pencucian uang. Kelima, edukasi dan literasi sistem keuangan syariah. Untuk mendukung pengembangan sektor keuangan syariah dan menumbuhkan inovasi secara berkelanjutan maka pemahaman masyarakat dan kapabilitas SDM perlu diperkuat.
Inovasi perkembangan instrumen keuangan syariah global turut mengadopsi kebutuhan pembiayaan investasi berkelanjutan. Menurut Laporan Pengembangan Keuangan Islam 2023 terkini, nilai Sukuk Hijau juga Environmental, Social, Governance (ESG) yang beredar mencapai 24,4 miliar dolar AS pada tahun 2022. Malaysia dan Arab Saudi adalah pemimpin Sukuk ESG, diikuti oleh Indonesia dan UEA. Selain itu, integrasi teknologi juga mendorong tumbuhnya financial technology (fintech) yang berperan dalam meningkatkan aksesibilitas pada pasar keuangan syariah.
Data Global Islamic Fintech Report 2023/2024 telah menunjukkan perkembangan fintech syariah tumbuh signifikan. Ukuran pasar fintech syariah global diperkirakan mencapai 138 miliar dolar AS pada periode 2022/23 yang diproyeksikan meningkat menjadi 306 miliar dolar AS pada tahun 2027 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 17,3%.
Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan sektor fintech global secara keseluruhan, yang diperkirakan akan tumbuh pada CAGR sebesar 12,3% selama periode yang sama. Tren investasi syariah ke depan diperkirakan akan mengarah pengembangan platform digital yang menawarkan layanan mulai dari perbankan digital hingga crowdfunding, membuat keuangan syariah lebih ramah pengguna, kompetitif, dan mudah diakses.
Strategi pendalaman keuangan di pasar uang syariah yang kuat akan menopang kemampuan industri untuk menahan guncangan likuiditas yang tidak terduga di masa depan, serta akan berkontribusi pada transmisi moneter yang dilakukan melalui sistem keuangan syariah. Melalui forum ini, Bank Indonesia bersama IILM dan IFSB juga mendorong sinergi juga kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan mempercepat pengembangan produk keuangan baru, meningkatkan strategi pengelolaan likuiditas, dan menjaga stabilitas keuangan. Produk yang dikembangkan secara kolaboratif dapat mengatasi kesenjangan pasar tertentu, menawarkan alternatif yang selaras dengan prinsip-prinsip keuangan syariah, dan ketersediaan likuiditas yang lebih baik. Rangkaian seminar internasional BI, IILM, IFSB dihadiri oleh perwaklian bank sentral UAE, perwakilan The Fed, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perwakilan Kementerian Keuangan, pimpinan IILM dan IFSB serta perbankan, akademisi, lembaga keuangan juga para pelaku usaha dari berbagai negara. Acara ini merupakan salah satu wujud kebaruan ISEF 2024 guna mendorong peran Indonesia dalam pasar keuangan syariah skala global”. (JB Rumapea)