Bulog Sumut: Stok Beras Aman Hingga 2026
Blinkiss.id, MEDAN
Hingga saat ini, posisi stok beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Kantor wilayah Kanwil) Bulog Sumatera Utara (Sumut) tercatat sebanyak 42.000 ton, termasuk pasokan yang disiagakan di wilayah terdampak bencana seperti Kota Sibolga dan Kabupaten Tapteng sebesar 750 ton. “Beras cukup dan aman,” sebut Budi Cahyanto, Pemimpin Wilayah Bulog Sumut.
Budi didampingi Fitra Kurnia, Kadis Perindag ESDM Provinsi Sumut dan Abdul Khalim, Deputi Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Sumatera Utara (KPw BI Sumut).
Stok itu menurut Budi akan ada tambahan lagi 40.000 – 50.000 ton dari hasil panen tahun 2026 jika tidak ada kendala. Kalau gudang Bulog tidak cukup menampungnya maka ada gudang Bhanda Ghara Reksa (BGR) untuk menyimpan beras di sana, Rabu (31/12/2025)
“Kapanpun Bulog siap menyalurkannya untuk masyarakat terdampak bencana,” tegas Budi.
Di sisi lain, masuknya masa libur Natal dan Tahun Baru 2026 juga menjadi faktor yang berpotensi meningkatkan permintaan masyarakat terhadap bahan pangan pokok secara signifikan.
Budi menyebut potensi kelangkaan bahan pangan pokok seperti beras, minyak goreng, hingga gula pasir tengah membayangi wilayah Sumut menyusul bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi pada akhir November lalu.
Kondisi tersebut dipicu oleh kerusakan lahan pertanian milik masyarakat serta terputusnya jalur logistik darat yang menghubungkan berbagai daerah di wilayah Sumut.
Mengantisipasi hal itu, Perum Bulog selaku operator penugasan pemerintah untuk pengelolaan pangan telah menyiapkan langkah strategis melalui optimalisasi sarana pergudangan.
Keberadaan jaringan gudang yang memadai dan mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah memudahkan Bulog dalam menjamin ketersediaan pasokan bagi masyarakat.
Budi menjelaskan bahwa saat ini pihaknya diperkuat oleh 35 unit gudang dengan kapasitas stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai 73.000 ton yang tersebar di 18 titik.
“Gudang Bulog di mana pun selalu dalam kondisi memiliki stok yang cukup, sehingga jika ada kejadian yang bersifat darurat misalnya bencana alam, maka stok CBP ini telah siap didistribusi,” tegas Budi.
Pasca Bencana
Terkait penanganan pasca bencana, Gubernur Sumut telah menetapkan status tanggap darurat di 16 kabupaten/kota pada 30 November 2025.
Keputusan ini ditindaklanjuti dengan penyediaan beras CBP sebanyak 6.527 ton untuk 1.864.857 warga terdampak, di mana realisasinya telah tersalurkan sebanyak 4.551 ton kepada 1.300.434 warga. “Terhadap sisanya yang 1.976 ton masih ada di gudang Bulog dan setiap saat bisa disalurkan,” tambah Budi.
Selain pemenuhan kebutuhan domestik, Bulog Sumut juga menyalurkan bantuan beras CBP untuk bencana alam ke wilayah Provinsi Aceh sebanyak 340 ton, dengan rincian Tamiang 90 ton, Takengon 200 ton, dan Gayo Lues 50 ton.
“Bulog Sumut dibantu BPBD dan Pemprov Sumut serta TNI AU di Lanud Soewondo untuk mengirimkan beras ini lewat jalur udara, termasuk 40 ton ke wilayah Langsa dengan jalur laut dibantu TNI AL melalui Kodaeral 1 Belawan,” ungkap Budi lagi.
Kinerja sigap Bulog ini mendapat apresiasi dari Bank Indonesia selaku anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Abdul Khalim, Deputi Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Sumatera Utara (KPw BI Sumut), menyatakan bahwa peran Bulog sangat luar biasa dalam menjaga stabilitas harga di penghujung tahun.
“Kami dari BI sebagai anggota TPID di Sumatera Utara, yang utama mengucapkan terima kasih kepada Bulog bahwa perannya di Sumut ini luar biasa,” sebut Abdul Khalim.
Karena biasanya di bulan Desember ini harga beras ini sudah mulai mengalami kenaikan. Tapi berkat dukungan Bulog yang aktif masuk ke pasar dan kolaborasi bersama pemerintah daerah Provinsi maupun Kabupaten kota, harga beras di Sumut ini relatif terkendali dan tidak ada isu kelangkaan ataupun kenaikan harga yang signifikan.
“Jadi harga relatif stabil,” ucap Abdul Khalim.
Lebih lanjut, Abdul Khalim memaparkan tiga poin penting terkait perkembangan harga di Sumut. Poin pertama mengenai pulihnya jalur distribusi dari daerah sentra ke wilayah konsumen seperti Medan-Deli Serdang, yang membuat pasokan hortikultura meningkat.
Sehingga harga cabai, bawang yang sebelumnya cukup mahal, sekarang trennya sudah menurun. “Ini juga kami apresiasi kepada pemerintah daerah bahwa pasokannya semakin banyak ini berkat kesigapan pemerintah juga untuk mengendalikan jalan-jalan yang sebelumnya mungkin terkena longsor atau banjir,” jelasnya.
Poin kedua, TPID Sumatera Utara secara konsisten terus mendorong penguatan dari sisi hulu melalui peningkatan produksi, hilirisasi, serta penguatan kelembagaan petani.
Abdul Khalim menekankan bahwa BI bersama pemerintah daerah aktif bersinergi dengan Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian, hingga Dinas UMKM. “Upaya ini mungkin target kami adalah membangun ekosistem ketahanan pangan yang berkelanjutan dan berdaya saing sehingga petani bisa lebih sejahtera lagi ke depannya,” kata beliau.
Poin ketiga, Bank Indonesia mendorong BUMD dan pelaku usaha untuk meningkatkan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) terutama untuk produk pangan. Strategi ini dimaksudkan agar saat harga naik di suatu wilayah, pasokan bisa didatangkan dari daerah lain, dan sebaliknya saat terjadi surplus suplai, kelebihan tersebut bisa dikirim ke wilayah yang harganya lebih tinggi.
Menutup rangkaian penjelasan mengenai kondisi pangan, Budi Cahyanto menambahkan bahwa penyaluran beras CBP juga mencakup program Bantuan Pangan (Bapang) serta Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Alokasi Bapang periode Oktober-November 2025 telah tersalurkan kepada 757.680 Penerima Bantuan Pangan (PBP) atau mencapai 89,7%, di mana setiap penerima mendapatkan 20 kg beras dan 4 liter minyak goreng.
Berdasarkan hasil monitoring ke pasar tradisional maupun ritel modern di seluruh Sumut, Bulog memastikan pasokan pangan tetap lancar dan harga relatif terkendali.
Langkah antisipasi terus dilakukan untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan. “Hingga saat ini, distribusi komoditi berjalan lancar dan harga di pasaran masih stabil. Bulog terus melakukan pasokan pangan seperti beras, minyak goreng dan gula pasir untuk mengantisipasi gejolak harga,” sebutnya. (JBR/15)

