16 April 2025

Blinkiss ID

Berita dan Video Kilat Terkini

BI, Cadangan Devisa Maret Kembali Capai US$157,1 Miliar

Blinkiss.id, Jakarta

Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa, cadangan devisa (cadev) pada Maret 2025 kembali naik mencapai US$157,1 miliar. Setelah di bulan Februari 2025 mengalami penurunan menjadi US$154,5 miliar dari Januari 2025 yang mencapai US$156,1 miliar.

Hal tersebut dibenarkan Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso mengatakan, kenaikan posisi cadangan devisa bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah di tengah kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah.

Ditambahkan Ramdan lagi, penarikan pinjaman luar negeri tersebut merupakan respons Bank Indonesia (BI) menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.

“Posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor juga pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” ucapnya, Senin (14/4/2025)

BI, sambungnya, menilai cadangan devisa mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Oleh sebab itu, cadangan devisa sebesar US$157,1 miliar itu diyakini memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal, sejalan dengan tetap terjaganya prospek ekspor, neraca transaksi modal, dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus.

Sejalan dengan itu, BI berharap cadangan devisa tersebut meningkat persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.

“Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” paparnya

Cadangan devisa Maret 2025 kembali naik usai turun pada bulan sebelumnya. BI beralasan, penurunan cadev bulan lalu sejalan dengan langkah BI menstabilkan rupiah,

Ramdan menyampaikan intervensi tersebut sebagai respons bank sentral dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang begitu tinggi.

“Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah,” sebutnya mengakhiri. (JBR/15)

Facebook Comments Box
Translate »