Inovasi Sampah Mahasiswi Diganjar Dana Komersialisasi 5 Ribu Dolar
2 min readBlinkiss.id, Jakarta
Berdasarkan survei BPS (2024), 51,55 juta dari total 149,38 juta orang angkatan kerja nasional merupakan wirausaha muda.
Di tahun yang sama, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menyampaikan bahwa lanskap kewirausahaan muda dinilai dapat mendukung inisiasi COP28 dengan membentuk bisnis yang berkelanjutan.
Kewirausahaan yang berkelanjutan ditunjukkan dalam pembuatan bio briket dari sampah sorgum oleh Ni Kadek Karina Dewi, mahasiswi Program Studi Ekonomi Universitas Pertamina (UPER). Melalui inovasi ini, Karina berhasil meraih juara global dalam ajang Global Student Entrepreneur Award (GSEA) 2024 yang dilaksanakan di Cape Town, Afrika Selatan.
“Di Buleleng, Bali, sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani sorgum. Dengan luas lahan 30 hektar, petani dapat panen sorgum sebesar 3 ton per hektar dalam 3 kali masa panen.
Namun meskipun terbilang melimpah, 85% dari hasil sorgum tersebut berakhir menjadi limbah yang terbengkalai. Hal ini menjadi motivasi untuk melakukan penelitian untuk sebagai memanfaatkan limbah sorgum,” sebut Karina pada media, Minggu (21/7/2024).
Untuk menciptakan bio briket, Karina melakukan berbagai eksperimen dan riset guna menemukan komposisi yang tepat dalam menghasilkan briket yang ramah lingkungan. Sebagian besar bahan baku guna pembuatan briket berasal dari bahan alami yang ramah lingkungan.
“Pada awal proses pembuatannya, sampah sorgum yang berasal dari batang juga daunnya dipotong menjadi bagian kecil. Kemudian dikeringkan melalui sinar matahari kurun waktu 2 sampai 3 hari. Setelah cukup kering, sampah sorgum lewat proses karbonisasi atau dibakar dengan alat yang tertutup. Dari hasil tersebut karbonisasi, sampah sorgum berubah wujud menjadi arang yang selanjutnya dapat dicampurkan bahan perekat berasal dari bahan alami. Selanjutnya dicetak serta dipanggang agar menjadi briket,” jelasnya.
Melalui inovasi bio briket, Karina berhasil melangkah menjadi juara utama GSEA 2024 setelah menyisihkan 1.400 peserta dari wilayah Asia Pasifik dan maju ke tahap final mengalahkan 6 finalis berasal dari wilayah Eropa, Amerika, dan Asia Selatan. Berkat kemenangan, Karina berhasil mendapat hadiah juga pendanaan bisnis dari GSEA sebesar 5.000 dollar yang akan digunakan komersialisasi bio briket.
“Dalam ajang GSEA yang menjadi poin penilaian yaitu latar belakang bisnis mahasiswa, selanjutnya besarnya kebermanfaatan terhadap sosial hingga yang terakhir menilai bisnis tersebut membawa aspek keberlanjutan. Hasilnya dalam bio briket ini, dapat mengurangi dampak karbon sebesar 32 persen sebulan. Serta menambah nilai ekonomis dari sorgum mencapai 51 kali lipat, sehingga meningkatkan kesejahteraan dari petani sorgum. Sebagai perintis saya merasa bersyukur dapat mendapatkan kesempatan ini,” ujar Karina.
Rektor UPER, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir MS., turut mengapresiasi prestasi yang ditorehkan oleh Karina di kancah internasional.
“Kesuksesan Karina menjadi contoh nyata bagaimana generasi muda dapat berkontribusi secara signifikan memecahkan masalah lingkungan melalui kewirausahaan. UPER senantiasa mendukung mahasiswanya menjadi global entrepreneur, melalui pembentukan kurikulum yang disesuaikan kebutuhan sosial maupun industri berorientasi keberlanjutan. Selain itu, UPER turut memiliki program inkubasi bisnis. Dengan total pembiayaan sebesar 200 juta, inkubasi bisnis UPER telah mendukung sebanyak 10 bisnis sepanjang tahun 2022 hingga 2023. Dimana dalam program para mahasiswa akan diberikan pembekalan, bimbingan hingga pendanaan mengembangkan bisnisnya,” tambah Prof. Wawan. (JB Rumapea)