Konsep Kemaslahatan BSI: Learn & Earn Sebanyak-Banyaknya, Return Seluas-Luasnya
3 min readBlinkiss.id, Jakarta
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) berkomitmen memberikan manfaat kepada umat, melalui konsep kemaslahatan learn dan earn yang sebanyak-banyaknya, serta
return seluas-luasnya.
Wakil Direktur Utama BSI Bob Tyasika Ananta mengatakan, hal itu sejalan dengan ajaran rahmatan lil alami. Menurutnya, penerapan konsep learn, earn, return (LER) membuat kinerja BSI bisa terus tumbuh positif, bahkan tumbuh dobel digit dan berkelanjutan.
Learn atau belajar, ujar Bob, adalah bagaimana BSI beradaptasi dan agile terhadap perubahan. Lalu earn atau hasil revenue adalah bagaimana BSI bisa mendapatkan dana murah dengan cara menjalankan bisnis yang benar dan sesuai dengan maqashid syariah, Rabu (10/10/2024)
Sedangkan return dapat dilihat dari upaya BSI hingga tahun 2024 yang berhasil menyalurkan total zakat perusahaan dan zakat karyawan yang mencapai Rp519 triliun.
“Jadi setelah kita earn sebanyak mungkin, kita juga harus return seluas-luasnya, bersyukur, dan memiliki kemaslahatan sebanyak mungkin untuk kepentingan umat, masyarakat, dan alam,” ujar Bob disela-sela acara Dies Natalis MM FEB UI ke-36, yang mengangkat tema “Kesetimbangan Fungsi Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan”.
Karena itu Bob mengatakan, jumlah zakat yang dibayarkan BSI kepada negara tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan seiring kinerja yang terus bertumbuh. Pada 2021 zakat perusahaan BSI mencapai Rp123,2 miliar.
Kemudian nilainya meningkat menjadi Rp173,1 miliar pada 2022. Sedangkan tahun lalu sebesar Rp222,7 miliar. Menurut Bob hal ini menunjukkan BSI mampu memberikan kinerja yang selalu meningkat setiap tahunnya, sehingga zakat yang dibayarkan juga semakin besar.
Bob juga mengatakan BSI senantiasa berkomitmen dalam penguatan implementasi prinsip environmental, social, and governance (ESG) di setiap kebijakan yang diambil. Ini salah satunya bisa dilihat dari pembiayaan keuangan berkelanjutan yang mencapai Rp61,1 triliun hingga Juni 2024.
“Nilai tersebut didominasi oleh pembiayaan UMKM sebesar Rp47,7 triliun, selanjutnya pembiayaan green sector yang didominasi sektor eco-efficient product Rp6,2 triliun, proyek eco-green Rp5,9 triliun dan energi terbarukan Rp700 miliar,” papar Bob.
Tidak hanya fokus pada pembiayaan hijau, BSI juga berperan dalam mendukung investasi hijau melalui produk keuangan syariah seperti green sukuk. Produk ini bertujuan mendukung proyek-proyek ramah lingkungan yang menjadi bagian dari upaya pembangunan berkelanjutan secara nasional.
Contohnya, pada Mei 2024 BSI berhasil menerbitkan sustainability sukuk senilai Rp3 triliun. Produk tersebut mendapatkan minat tinggi dari investor dengan oversubscribed hingga tiga kali lipat. Hal ini mencerminkan tingginya minat terhadap produk keuangan syariah yang mendukung agenda ekonomi hijau di Indonesia.
Tidak hanya itu, BSI juga mengambil langkah nyata dalam memperkuat komitmennya terhadap prinsip-prinsip keberlanjutan. Salah satu tonggak penting dalam implementasi ESG adalah pembentukan divisi khusus Environmental, Social, & Governance (ESG) Group, yang bertanggung jawab memastikan kebijakan ini berjalan di seluruh lini bisnis.
Kontribusi lainnya dari BSI bagi masyarakat terlihat pula dari program spiritual dan sosial perseroan hingga Juni 2024. Di mana BSI telah menghimpun ziswaf (zakat, infak, sedekah dan wakaf) sebesar Rp545 miliar. Dana tersebut untuk penyaluran manfaat di sektor ekonomi, pendidikan, kemanusiaan, kesehatan dan dakwah advokasi yang bekerja sama dengan pihak ketiga.
Adapun total penerima manfaat bidang di bidang ekonomi sebanyak 8.000 orang, bidang pendidikan sekitar 20.000 penerima manfaat. Sementara itu, penerima manfaat di bidang kemanusiaan sebanyak 1,3 juta orang. Untuk penerima manfaat di bidang kesehatan sebanyak 3.000 orang, bidang dakwah, dan advokasi 13.000 orang.
“Ke depan, kami akan terus memperluas portofolio pembiayaan hijau dan mendorong nasabah serta mitra bisnis untuk mengadopsi praktik berkelanjutan dalam setiap operasional. Hal ini sejalan dengan komitmen BSI untuk berkontribusi dalam agenda nasional untuk mencapai target net zero emissions pada tahun 2060 atau lebih cepat,” tutup Bob. (JB Rumapea)