Mahasiswa UPER Olah Minyak Jelantah Jadi Lilin Aromaterapi Ramah Lingkungan

Blinkiss.id, Jakarta
Tidak banyak yang menyangka, sisa minyak goreng yang biasanya dibuang begitu saja, namun bisa bertransformasi menjadi lilin aromaterapi cantik nan wangi.
Inovasi ini lah yang ditawarkan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Pertamina (UPER), guna melihat potensi besar dari minyak jelantah untuk mengurangi limbah sekaligus mendukung gaya hidup berkelanjutan.
Persoalan limbah rumah tangga masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2020), 61 persen limbah rumah tangga adalah limbah organik, termasuk minyak jelantah. Di sisi lain, Traction Energy Asia (2023) mencatat Indonesia memproduksi sekitar 1,2 juta kiloliter minyak jelantah setiap tahunnya—cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu eksportir minyak jelantah terbesar di Eropa.
Namun, belum semua limbah minyak ini dikelola dengan baik. Padahal, satu liter minyak bekas bisa mencemari hingga satu juta liter air. Melihat kenyataan ini, lima mahasiswa UPER bergerak mencari solusi kreatif, Senin (28/4/2025)
Mereka adalah Ni Kadek Karina, Nur Dita Maharani, Haykal Sulthan Hakeem, Rachel Arielle Sibarani dari Program Studi Ekonomi, serta Ni Putu Mirah Marcelinda A.P. dari Program Studi Hubungan Internasional. Lewat produk bertajuk Damarwoelan Sustainable Aromatherapy Candle, mereka mengubah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi bernilai ekonomi tinggi sekaligus ramah lingkungan.
“Awalnya kami prihatin, banyak rumah tangga yang tidak tahu harus ke mana membuang minyak bekas. Daripada terbuang sia-sia, kami membelinya dengan harga Rp2.000–Rp5.000 per liter. Dari satu liter saja, kami bisa menghasilkan 20 sampai 30 lilin ukuran 50 gram,” tutur Mirah, salah satu anggota tim.
Proses pembuatan lilin ini pun tidak sembarangan. Minyak jelantah difiltrasi menggunakan tanah lempung selama tiga hari agar lebih bersih, kemudian dicampur dengan parafin dan aroma alami seperti lavender, mint, kopi, atau lemon. Menariknya, cetakan lilin menggunakan bambu untuk menegaskan konsep ramah lingkungan.
Hasil akhirnya adalah lilin aromaterapi yang tak hanya wangi, tapi juga memiliki manfaat seperti membantu relaksasi, meningkatkan kualitas tidur, hingga mengusir nyamuk (Afriani et al., 2024). Produk ini dijual dengan harga terjangkau, mulai dari Rp30.000 hingga Rp40.000 per buah, tergantung jenis dan ukuran.
Tak berhenti di situ, tim Damarwoelan kini tengah mengembangkan produk lebih lanjut untuk menyesuaikan preferensi konsumen. Mereka juga membuka peluang kerja sama dengan hotel dan vila untuk memperluas jangkauan pasar.
Produk ini lahir dari program Inkubasi Bisnis Pemula Universitas Pertamina, sebuah wadah yang membekali mahasiswa dengan pelatihan, pendampingan, dan akses sumber daya, agar ide-ide kreatif mereka bisa diwujudkan menjadi produk nyata yang berdampak positif bagi masyarakat.
“Harapan kami, lilin ini bisa jadi pilihan baru untuk masyarakat yang peduli lingkungan. Siapa sangka, dari minyak bekas yang biasanya dibuang, bisa tercipta sesuatu yang bermanfaat dan bermakna,” pungkas Mirah.
“Selain unggul sebagai kampus energi, UPER berkomitmen untuk mencetak wirausahawan muda yang menghasilkan inovasi berkelanjutan. Dengan fokus pada produk dan layanan yang ramah lingkungan, diharapkan karya yang dihasilkan tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memperhatikan kebutuhan sosial. Komitmen ini sejalan dengan visi universitas dalam melahirkan wirausahawan muda yang tangguh dan berdaya saing tinggi,” tutup Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir M.S.,IPU., Rektor Universitas Pertamina.
Sebagai informasi, saat ini kampus besutan PT Pertamina (Persero) tengah membuka peluang untuk berkuliah di UPER. Bagi calon mahasiswa yang tertarik, dapat mengakses informasi selengkapnya melalui https://pmb.universitaspertamina.ac.id/. (JBR/15)