Menghadapi Pemilu 2024: Harga Pangan yang Tinggi Menjadi Ancaman Besar
2 min readJAKARTA, blinkiss.id – Para pedagang beras di berbagai pasar mengeluhkan kenaikan harga beras yang terus melonjak sejak Lebaran lalu. Kondisi ini menjadi perhatian serius menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai bahwa kenaikan harga pangan, terutama beras, merupakan ancaman besar bagi masyarakat Indonesia.
Menurut Bhima, saat ini visi misi calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres) 2024 masih terlalu normatif, terutama dalam mengatasi masalah pangan. Ia menekankan pentingnya program-program yang konkret dan terukur. Bhima mengusulkan agar calon pemimpin memberikan janji kampanye untuk menurunkan harga beras kembali ke level tahun 2022 dalam 100 hari pertama masa jabatannya, dengan catatan petani tetap mendapatkan keuntungan yang layak.
“Artinya, pemerintah perlu memberikan tambahan subsidi pupuk, mengatur harga bahan bakar, dan mendorong daya beli masyarakat agar lebih tinggi,” ujar Bhima kepada Kompas.com pada Senin (23/10/2023).
Bhima menjelaskan bahwa beberapa faktor telah menyebabkan kenaikan harga beras, termasuk naiknya biaya pengangkutan beras yang mengikuti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), harga pupuk non-subsidi yang tinggi, serta dampak cuaca ekstrem. Selain itu, ada ancaman inflasi dari barang-barang impor karena pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini semakin diperburuk dengan rendahnya pendapatan masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah, yang tidak mampu mengimbangi lonjakan harga pangan.
Dalam konteks ini, pemerintah dinilai harus mengambil langkah yang cepat dan tepat untuk mengatasi masalah pangan. Salah satu solusi yang diambil adalah impor pangan. Namun, langkah ini tidak cukup jika tidak diiringi dengan kebijakan yang mendukung petani lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Bhima menekankan bahwa topik utama yang paling diharapkan oleh masyarakat dalam Pemilu 2024 adalah solusi konkret terkait ketersediaan dan stabilitas harga pangan. Para calon presiden perlu menyajikan solusi-solusi aplikatif dan nyata, bukan hanya sekedar jargon pangan murah.
Sementara itu, pedagang beras di berbagai pasar, seperti Rusno (34) dari Pasar Jangkrik, menyatakan bahwa harga beras terus naik sejak Lebaran tahun ini dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Kondisi ini membuat pedagang dan konsumen merasa khawatir, dan masyarakat semakin sulit memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Masyarakat Indonesia berharap bahwa para pemimpin masa depan, terutama calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 2024, dapat menghadirkan solusi konkret untuk menstabilkan harga pangan dan memastikan ketersediaan pangan yang cukup bagi semua lapisan masyarakat. Dalam mengatasi masalah ini, kerjasama antara pemerintah, petani, dan sektor swasta sangat diperlukan agar Indonesia dapat melewati tantangan ini dengan baik dan mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.