24 November 2024

Blinkiss ID

Berita dan Video Kilat Terkini

OJK Terbitkan Aturan Baru BPR dan BPR Syariah

2 min read

Blinkiss.id, Jakarta

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 7 Tahun 2024 (POJK 7/2024) tentang Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan BPR Syariah.

Peraturan baru tersebut diteken seiring banyaknya fenomena bank bangkrut, khususnya BPR.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan aturan itu diterbitkan untuk mengakselerasi penguatan aspek kelembagaan industri BPR dan BPR Syariah. 

Hal ini bertujuan agar sesuai amanat Undang Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK). 

Nantinya, sebut Dian bahwa POJK 7/2024 akan tetap terus mendorong BPR dan BPR Syariah agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi lembaga keuangan yang adaptif sehingga mampu berkontribusi dalam menyediakan layanan keuangan kepada masyarakat terutama pelaku usaha mikro juga kecil di wilayahnya.

“Penerbitan Peraturan OJK ini sebagai upaya untuk penguatan yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap BPR atau BPR Syariah,” ucapnya lewat keterangan resmi, Sabtu (18/5/2024).  

Menurutnya, POJK 7/2024 merupakan salah satu lembaga untuk terus meningkatkan pengawasan secara optimal mengingat berdasarkan hasil pengawasan, terdapat beberapa kelemahan struktural termasuk kecurangan (fraud) sehingga BPR dan BPR Syariah harus ditutup demi penyehatan sistem perbankan dan pelindungan konsumen. 

Selain itu, POJK 7/2024 yang berlaku sejak diundangkan pada 30 April 2024 mengatur aspek kelembagaan BPR atau BPR Syariah mulai dari pendirian, kepemilikan, kepengurusan, jaringan kantor, peleburan penggabungan, hingga pengambilalihan, maupun pencabutan izin usaha atas permintaan pemegang saham. 

“Aturan ini akan memuat sejumlah kebijakan strategis dalam rangka mengakselerasi penguatan aspek kelembagaan industri BPR dan BPR Syariah. Mulai dari kesempatan bagi BPR dan BPR Syariah untuk memperluas akses permodalan melalui aksi penawaran umum efek melalui pasar modal,” jelasnya. 

Bahkan, aturan itu juga mengatur kebijakan penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan termasuk kewajiban konsolidasi bagi BPR dan BPR Syariah yang berada dalam kepemilikan Pemegang Saham Pengendali yang sama.  

OJK berharap kebijakan tersebut dapat secara cepat memperkuat permodalan, memastikan kecukupan infrastruktur teknologi informasi, memperkuat tools penerapan manajemen risiko dan tata kelola, sehingga dapat mendorong penguatan daya saing industri BPR dan BPR Syariah.

Lalu, aturan ini juga, kata Dian, mengedepankan efisiensi lembaga jasa keuangan dengan memperkenankan Lembaga Keuangan Mikro untuk melakukan aksi penggabungan dengan BPR atau BPR Syariah.

“Beleid di dalamnya dapat menyempurnakan aspek kelembagaan lain seperti jaringan kantor untuk mengakomodir arah pengembangan dan penguatan BPR dan BPR Syariah,” ungkapnya.

Mengingat, kewajiban konsolidasi bagi BPR atau BPR Syariah grup tersebut wajib diselesaikan paling lama dua tahun sejak POJK ini berlaku bagi BPR atau BPR Syariah non- pemerintah daerah, dan paling lama tiga tahun sejak POJK ini berlaku bagi BPR atau BPR Syariah milik pemerintah daerah. 

Berharap POJK ini dapat meningkatkan level of playing field BPR dan BPR Syariah serta memperkuat kapasitas permodalan industri BPR dan BPR Syariah, harap Dian.

“OJK meyakini kebijakan konsolidasi BPR dan BPR Syariah dapat menjadikan industri lebih efisien dan semakin berkontribusi bagi perekonomian dan masyarakat,” pungkasnya. (JB Rumapea)

Facebook Comments Box
Translate »