Sektor Jasa Keuangan di Sumut Triwulan I Stabil dan Tumbuh Positif

Blinkiss.id, Medan
OJK Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyatakan bahwa kondisi sektor jasa keuangan di Sumut tetap stabil, dengan kinerja tumbuh positif, didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas cukup memadai serta profil risiko yang terjaga.
Hal ini sejalan dengan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) triwulan I tahun 2025 tumbuh 4,67 persen (yoy), meskipun lebih rendah dibanding nasional (4,87 persen)karena pengaruh penurunan belanja pemerintah dan investasi, serta penurunan permintaan global yang terdampak kebijakan tarif Amerika Serikat. Perkembangan Sektor PerbankanSektor perbankan di Sumut terjaga baik, Senin (3/6/2025).
Sesuai data Maret 2025, Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) bank umum tercatat sebesar 29,73 persen, sedangkan Bank Perekonomian Rakyat (BPR) sebesar 29,93 persen. Kondisi ini mencerminkan kapasitas permodalan yang semakin kuat guna mengantisipasi potensi risiko. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 115,49 persen dan 23,13 persen, juga masih di atas ambang batas minimal yang dipersyaratkan guna memenuhi kebutuhan transaksi masyarakat di daerah secara berhati-hati.
Kredit bank umum tumbuh 13,79 persen setelah pada bulan sebelumnya mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir (Feb-25: 17,93 persen). Capaian ini melampaui pertumbuhan kredit nasional (9,16 persen). Penyaluran kredit produktif mencapai Rp209,24 triliun atau 70,06 persen dari total portofolio kredit, dan dengan laju pertumbuhan sebesar 14,23 persen yoy.
Kredit Modal Kerja (46,34 persen dari total kredit) tumbuh 17,28 persen yoy di saat pertumbuhan kredit Investasi sebesar 8,71 persen (yoy). Pertumbuhan kredit produktif didorong oleh sektor Industri Pengolahan yang tumbuh sebesar 22,60 persen yoy, khususnya subsektor pengolahan minyak goreng kelapa sawit yang tumbuh sebesar 52,06 persen yoy.
Kredit di Sektor Pertanian dan Perkebunan juga tumbuh sebesar 24,81 persen yoy.Pertumbuhan ini didorong oleh pembiayaan perkebunan kelapa sawit yang tumbuh 21,95 persen yoy. Sektor Listrik, Gas, dan Air menjadi sektor dengan pertumbuhan kredit yang tertinggi pada Maret 2025 dengan pertumbuhan sebesar 144,80 persen yoy. Lonjakan ini didorong oleh peningkatan investasi pada proyek subsektor Uap / Air Panas di Kabupaten Deli Serdang, beberapa proyek Ketenagalistrikan di Asahan dan Karo, serta Kota Medan yang membutuhkan pembiayaan besar.
Di sisi lain, total kredit UMKM mencapai Rp81,09 triliun, tumbuh 2,28 persen yoy, dan sebagian besar bersumber dari segmen Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yang tumbuh 4,83 persen yoy. Penyaluran kredit konsumtif mencapai Rp89,43 triliun, tumbuh 12,75 persen yoy yang didorong oleh peningkatan kredit rumah tangga lainnya dan multiguna (16,16 persen yoy), kredit kepemilikan rumah (KPR) sebesar (15,76 persen 1yoy) dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (12,85 persen yoy). Kualitas kredit perbankan terjaga rendah dan stabil.
Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) net sebesar 0,82 persen di saat NPL gross sebesar 1,72 persen. Loan at Risk (LaR) menurun menjadi 6,19 persen. Penurunan ini karena berkurangnya jumlah kredit secara restrukturisasi.
Dana Pihak Ketiga (DPK) terus tumbuh mencapai Rp329,53 triliun (tumbuh sebesar 2,75 persen yoy). Sebaran terbesar pada Tabungan (tumbuh 3,25 persen yoy), dan Deposito (tumbuh 5,65 persen yoy). Komposisi DPK masih didominasi oleh Tabungan dengan kontribusi sebesar 43,19 persen, lalu Deposito sebesar 40,70 persen, dan Giro sebesar 16,10 persen.
Perkembangan Pasar Modal Hingga Mei 2025, 11 perusahaan di Sumatera Utara yang IPO, 1 perusahaan yang menerbitkan obligasi, serta 5 entitas usaha yang memanfaatkan skema pendanaan kolektif (securities crowdfunding/SCF). Hingga Maret 2025, terdapat total 634.644 single investor identification (SID) di Sumatera Utara, tumbuh 9,82 persen yoy.
Reksadana masih menjadi pilihan dominan dengan jumlah investor. Penjualan reksadana oleh Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) mencapai Rp1,51 triliun (tumbuh sebesar 245,94 persen yoy). Total nasabah reksadana sebanyak 39.636 yang terdiri dari 39.481 investor perorangan dan 155 investor institusi. Saham mencatat pertumbuhan rekening tertinggi sebesar 20,89 persen yoy.
Golongan umur 18 hingga 25 tahun memiliki SID sebesar 33,92 persen dari total SID, diikuti dengan golongan umur 26 sampai 30 tahun sebesar 23,52 persen, golongan umur 31 s.d. 40 sebesar 24,19 persen, dan golongan umur 41 sampai 100 atau campuran sebesar 18,37 persen.
Jumlah saham oleh investor Sumatera Utara tumbuh 8,70 persen secara yoy dengan pangsa kepemilikan investor perorangan sebesar 83,82 persen, dan institusi sebesar 16,18 persen. Secara kumulatif hingga Maret 2025, tercatat Rp37,72 triliun transaksi saham. Perkembangan Sektor IKNBNilai piutang Perusahaan Pembiayaan tumbuh stabil.
Hingga Maret 2025, total piutang mencapai Rp23,75 triliun, tumbuh 3,07 persen yoy. Sektor perdagangan menjadi penerima pembiayaan terbesar dengan porsi 20,81 persen. Pembiayaan multiguna dengan porsi 55,53 persen tumbuh terkontraksi 0,18 persen yoy. Pembiayaan modal kerja tumbuh sebesar 23,70 persen yoy, sedangkan pembiayaan investasi tumbuh sebesar 2,40 persen yoy.
Rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) terjaga di level 2,39 persen. Pembiayaan modal ventura tumbuh sebesar 21,71 persen yoy, dengan nilai pembiayaan sebesar Rp505,12 miliar (Maret 2024: Rp415,02 miliar). Kinerja fintech peer-to-peer (P2P) lending tumbuh dengan tambahan Outstandingpinjaman sebesar 52,98 persen yoy (mencapai Rp2,83 triliun).
Risiko Pembiayaan (Rasio TWP90) terjaga di angka 1,86 persen. Aset entitas IKNB yang berkantor pusat di Sumut tumbuh sebesar 13,28 persen yoy.
Sementara itu, penyaluran pembiayaannya mencapai Rp7,04 miliar dengan pertumbuhan 18,74 persen yoy.Entitas pergadaian juga telah merealisasikan total pinjaman sebesar Rp5,69 triliun, tumbuh 28,16 persen yoy. 2Per April 2025, terdapat tambahan 2 perusahaan gadai swasta baru yang terdaftar dan memperoleh izin dari OJK di Sumatera Utara, sehingga total entitas gadai swasta meningkat menjadi 25 perusahaan.
Perkembangan Literasi dan Pelindungan Konsumen
hingga kuartal I 2025, OJK Sumatera Utara telah menerima 592 pengaduan konsumen dari masyarakat.
Dari jumlah ini, 241 pengaduan terkait sektor perbankan, 151 terkait fintech P2P lending yang terdaftar di OJK, 108 terkait perasuransian, 86 terkait dengan perusahaan pembiayaan, 4 terkait dengan sektor pergadaian, 1 terkait dana pensiun, dan 1 terkait Lembaga keuangan khusus. Seluruh pengaduan yang diterima telah ditindaklanjuti sesuai ketentuan.
Tema pengaduan mayoritas meliputi restrukturisasi, klaim asuransi, perilaku petugas penagihan, dan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara (KOMN) bersama dengan pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) juga telah merealisasikan 569 kegiatan edukasi keuangan dengan partisipasi sebanyak 36.916 peserta dari kalangan mahasiswa, pelajar, pelaku UMKM, ibu rumah tangga, petani, masyarakat 3T, dan disabilitas.
Sejak Bulan Mei hingga Agustus 2025, KOMN menyelenggarakan Program Bulan Literasi Keuangan (BLK). Kegiatan BLK terdiri dari Kick Off Bulan Literasi Keuangan dan Puncak Bulan Literasi Keuangan.
Program Prioritas Pemerintah Daerah Untuk mendukung pelaksanaan program-program prioritas Gubernur Sumatera Utara ini, OJK telah menyusun berbagai program khusus perluasan akses pendanaan inovatif guna pengembangan infrastruktur, kesehatan, UMKM, ketahanan pangan, pendidikan, bio-industri, dan pariwisata.
Melalui paparan 17 Maret 2025, Kepala OJK Provinsi Sumatera Utara menyampaikan inisiatif strategi OJK mengenai skema pendanaan alternatif berbasis pasar modal dalam mendukung pembangunan daerah kepada Gubernur Sumut, dan ditanggapi dengan pelaksanaan Forum Group Discussion (FGD) “Sinergi OJK dalam mendukung Program Prioritas Pemprovsu” pada 2 Mei 2025.
OJK mendorong pemanfaatan Obligasi atau Sukuk Daerah, Dana Investasi Infrastruktur (DINFRA), Dana Investasi Real Estat (DIRE), dan Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) sebagai solusi pembiayaan inovatif di luar skema APBN/APBD.
Selain itu, Pemerintah Kota Pematangsiantar juga menunjukan keseriusannya menjajaki instrumen pasar modal untuk membangun pusat layanan jantung dan stroke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih. Di sektor ketahanan pangan dan bio-industri, OJK menginisiasi Program Pengembangan Perkebunan Sawit dengan Skema SERAYA (Skema Pengembangan Perkebunan Sawit Rakyat). Hingga Maret 2025, kredit kepada sektor ini tumbuh sebesar 21,95 persen yoy, sementara kredit untuk industri pengolahan sawit tumbuh sebesar 52,06 persen yoy melampaui tren pertumbuhan pada tahun-tahun sebelumnya.
Di sektor pangan, OJK juga telah meluncurkan Skema SEJAGAT (Skema Pengembangan Jagung Rakyat Tangguh) yang melibatkan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat, Perum Bulog, dan Lembaga Jasa Keuangan di tanggal 16 April 2025. Hingga Mei 2025, telah terealisasi penyaluran pembiayaan Rp805 juta kepada 3total 20 petani jagung.
Pada Sektor Pariwisata, total kredit terealisasi sebesar Rp3,54 triliun dengan pertumbuhan yoy sebesar 8,49 persen. Penyaluran tertinggi tertuju ke Nias (Rp75,40 miliar), dan Kabupaten Samosir (Rp12,98 miliar). Masing-masing tumbuh 21,65 persen yoy, dan 38,18 persen yoy.Dengan kebijakan dan sinergi yang dilakukan bersama Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, LPS, dan industri keuangan maupun asosiasi pelaku usaha, OJK optimis sistem keuangan dapat terjaga stabil dan kontributif. (JBR/15)