Inovasi Aplikasi IPB University Bantu Peternak Labura Identifikasi Penyakit Mulut dan Kuku
2 min readLabura, BLINKISS – IPB University sebagai salah satu universitas unggulan di Indonesia, terus berkomitmen menjalankan tridarma perguruan tinggi melalui penelitian dan pengabdian yang inovatif. Melalui Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA), IPB meluncurkan program “Dosen Pulang Kampung Mengabdi IPB Tahun 2024”. Program ini bertujuan untuk mendorong para dosen dan peneliti kembali ke daerah asal mereka, agar dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teknologi dan ilmu pengetahuan di wilayah yang masih membutuhkan. Fokus utama program ini adalah mengalirkan teknologi dari kampus ke daerah yang memiliki potensi di sektor pertanian dan peternakan, namun belum mendapatkan akses yang memadai terhadap inovasi teknologi.
Salah satu tim peneliti dari IPB, yang diketuai oleh Lailan Sahrina Hasibuan, S.Kom., M.Kom., mengunjungi Dinas Pertanian Labuhan Batu Utara (Labura) untuk memperkenalkan sebuah aplikasi sistem pakar berbasis mobile. Aplikasi ini dirancang khusus untuk membantu peternak memprediksi kelangsungan hidup sapi yang terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan peternakan lokal.
Pengembangan aplikasi tersebut didasarkan pada hasil riset ilmiah serta wawancara dengan drh. Lilik Prayitno, M.Si., seorang dokter hewan yang berasal dari Labura. Aplikasi ini memfasilitasi peternak dalam mendapatkan diagnosis cepat berdasarkan gejala yang mereka masukkan ke dalam sistem. Lailan juga menyoroti bahwa aplikasi ini dapat melindungi peternak dari praktik pedagang nakal yang kerap membeli sapi terinfeksi PMK dengan harga jauh di bawah standar pasar.
Dalam kunjungan itu, Kepala Dinas Pertanian Labura yang juga merupakan lulusan IPB University, drh. Sudarija, mengapresiasi inovasi ini dan menyebutnya sebagai langkah maju dalam penerapan teknologi digital di sektor peternakan. Ia berharap kolaborasi dengan IPB University bisa terus berlanjut untuk mendorong pengembangan teknologi bagi peternak setempat.
Selain memperkenalkan aplikasi, Lailan dan timnya juga mengunjungi beberapa peternak di Labura untuk memahami permasalahan yang mereka hadapi. Seorang peternak bernama Legimin (55 tahun) menjelaskan bahwa penyebaran PMK sangat cepat dan membutuhkan solusi segera. Ia optimis bahwa inovasi teknologi dari IPB University akan membantu peternak dalam mengatasi tantangan yang ada, khususnya di wilayah Labura. (BK/Ras)